Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mayo Clinic di Minnesota, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa catechin ester (EGCG), bahan aktif dalam teh hijau, secara efektif dapat mengontrol kondisi leukemia limfositik kronis (CLL), yang membawa harapan baru untuk menaklukkan penyakit tersebut. . Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam Journal of Clinical Oncology edisi online terbaru.
Dalam uji klinis, para peneliti di Mayo Clinic memberi 33 pasien leukemia limfositik kronis 8 dosis berbeda dari kapsul olyphenon E (bahan aktif utama obat adalah EGCG) dua kali sehari, dengan dosis mulai dari 400 mg hingga 2000 antara miligram. Ditemukan bahwa jumlah limfosit pada pasien berkurang sepertiga. Selain itu, para peneliti juga menemukan bahwa pasien memiliki toleransi yang kuat terhadap kapsul, meskipun setinggi 2000 mg setiap kali, masih belum mencapai dosis maksimum yang dapat ditoleransi oleh 39 pasien.
Para peneliti menemukan bahwa pasien tidak hanya dapat mentolerir ekstrak teh hijau dosis tinggi ini, tetapi leukemia limfositik kronis banyak orang menunjukkan beberapa perbaikan. Pada pasien dengan pembesaran kelenjar getah bening, kebanyakan kelenjar getah bening orang menyusut hingga setengahnya. bahkan lebih.
Studi klinis ini adalah inisiatif terbaru dari proyek penelitian Mayo Clinic 39 tentang efek ekstrak teh hijau pada sel kanker selama bertahun-tahun. Studi laboratorium sebelumnya telah membuktikan bahwa EGCG memiliki fungsi membunuh sel kanker leukemia. Penelitian tersebut kini telah memasuki fase kedua, dan jumlah pasien yang berpartisipasi dalam uji klinis selanjutnya kurang lebih sama dengan fase pertama. Setiap orang akan mengambil dosis tertinggi yang sama seperti pada percobaan awal.
Di Amerika Serikat, leukemia limfositik kronis adalah leukemia yang umum. Meskipun tes darah dapat digunakan untuk diagnosis dini dalam banyak kasus, tidak ada pengobatan yang efektif. Statistik menunjukkan bahwa sekitar setengah dari pasien yang menderita penyakit ini akan meninggal secara prematur. Peneliti berharap EGCG dapat menstabilkan kondisi penderita leukemia limfositik kronis stadium awal, atau menggabungkannya dengan pengobatan lain untuk meningkatkan efek terapeutik dari penyakit tersebut. (Sumber: Liu Haiying, Science and Technology Daily)